Sekolahku dan Kemerdekaanku


·         Suara Hati Untuk Berkreasi
Oleh: (Rizki Aulia XI IS 1)
Genap sudah 66 tahun sejak Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.  Kesuksesan bangsa ini tentunya tak luput dari tokoh-tokoh yang dengan beraninya melawan pemerintahan Jepang, serta pahlawan–pahlawan revolusi yang telah memperjuangkan demokrasi menuju pemerintahan orde baru. Secara de jure, Indonesia memang sudah diakui sebagai sebuah negara merdeka yang berdaulat sepenuhnya, namun benarkah bangsa ini sudah merdeka secara de facto? Beberapa siswa-siswi SMA Negeri 1 kota Jambi menyatakan dengan tegas bahwa bangsa ini belum sepenuhnya merdeka, terutama menyangkut soal kemerdekaan mereka berpartisipasi dalam organisasi serta apresiasi seni di sekolah.
                Senioritas di SMAN 1 masih sangat kental sekalipun bukan dalam bentuk perpeloncoan, terutama di bidang organisasi. Jika kita cermati, kebanyakan siswa-siswi yang tergabung dalam kepengurusan Organisasi Intra Sekolah (OSIS) merupakan mereka yang sebelumnya telah menjabat sebagai pengurus. Dalam sistem pemilihan kepengurusan, kerap terjadi nepotisme dan ‘booking anggota’. Suatu ide baru dan cemerlang bahkan bisa dikalahkan dengan senioritas seseorang. “Barangkali mereka yang sudah berpengalaman dalam kepengurusan tahu apa-apa saja yang mesti diperbaiki di periode berikutnya, tapi masa orang baru seperti kami tidak diberi kesempatan untuk berpartisipasi. Saya harap anggota-anggota senior kita memang mampu memberi perubahan yang nyata bagi SMANSA” keluh seorang siswa.  Mirisnya, pembunuhan karakter dan pengabaian hak partisipasi ini dilakukan sendiri oleh para siswa. Hal telah mendarah daging dalam kehidupan berorganisasi SMAN 1.  OSIS yang harusnya menampung aspirasi siswa pada kenyataanya lebih sering bertindak sebagai pembantu sekolah. Sikap yang terlalu ‘manggut’ terhadap program kerja (yang kebanyakan merupakan estafet dari kepengurusan periode sebelumnya) sampai-sampai melupakan suara siswa diluar badan kepengurusan.
Tidak hanya itu, siswa juga merasa sekolah kurang memberi kebebasan dalam berorganisasi. Kebanyakan dari mereka yang aktif dalam ekskul serta OSIS merasa resah setiap kali harus keluar kelas akibat kurangnya pengertian dari guru. Bahkan siswa-siswi yang diutus untuk mewakili sekolah dalam beberapa kegiatan kerap merasa enggan untuk berpartisipasi karena tidak adanya dispensasi nilai oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hal ini justru mematikan kreatifitas siswa dan mengacaukan konstentrasi siswa.
‘’Secara keseluruhan, saya rasa SMAN 1 sudah cukup merdeka, namun jika menyangkut soal apresiasi serta partisipasi siswa dalam seni, sekolah ini kurang memberikan perhatian dan kebebasan kepada siswa-siswinya untuk berkreasi. Sekolah kurang memfasilitasi oranganisasi-organisasi berbasis seni, terutama seni  rupa. Buktinya sampai sekarang di SMANSA  belum ada ekskul seni rupa yang resmi. Kayaknya sekolah  sibuk melatih anak-anak kalau cuma ada lomba doang” ujar salah seorang siswa yang diwawancarai. Apresiasi SMAN 1 terhadap seni dirasa memang kurang. Bisa dilihat dari ruang kesenian SMA yang berfasilitas minim serta coret-coretan siswa di dinding dan meja sekolah. Siswa pun mengaku mereka sering merasa iri melihat  sekolah-sekolah yang benar-benar menampung aspirasi seni serta memberikan kebebasan yang luas kepada siswanya untuk berpartisipasi. Selama ini dana  sekolah lebih banyak dialokasikan kepada pembangunan fasiltas-fasilitas laboratorium serta kegiatan akademis dan eksakta. ‘’Tujuan kami ke sekolah bukanya untuk jadi robot yang bisanya cuma menghafal rumus dan teori-teori yang ada di buku setebal bible, tapi kami maunya jadi manusia kreatif yang mampu menyumbangkan gagasan-gagasan baru” tukas siswa tersebut.
                Pemikiran kritis serta keberanian berpendapat merupakan hal yang sangat dibutuhkan bangsa ini agar dapat bangkit. Demokrasi dapat dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah. Perlu digaris bawahi bahwa artikel ini tidak ditujukan untuk menjatuhkan suatu pihak, lantas mengelu-elukan pihak lainya, namun hendaknya tulisan ini disikapi dengan hati yang lapang dan dijadikan sebagai cerminan  agar SMAN 1 Kota Jambi menjadi lebih baik di masa mendatang. Saya harap bagi siapa saja yang membaca artikel ini, tergerak hatinya untuk melakukan suatu perubahan untuk Indonesia merdeka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerimaan Tamu Ambalan ( PTA ) Gerakan Pramuka SMANSA Tahun 2012

RAISSA (Remaja Islam SMANSA)

Pemilihan Menjelis Perwakilan Kelas (MPK)