Juara 1 Karya Ilmiah Remaja (KIR)
Karya Ilmiah Remaja (KIR)
bukan karya hayalan. Oleh karena itu seorang yang ingin menyusun KIR tidak bisa
hanya dengan menghayal langsung bisa menyusun KIR. Mereka harus membekali diri
dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang garapan KIR yang akan
dikerjakan. Yang paling penting untuk diperhatikan yang ingin menyusun KIR
harus menanyakan dirinya sendiri: Apakah saya punya modal motivasi yang cukup
besar untuk bisa menyusun KIR? Itulah, itulah ungkapan dari Yayi Gamma
Maribanawati.
Gadis lincah ini, kelahiran
Pekanbaru, 24 Maret 1999 silam. Yayi panggilan akrab teman-temannya di SMA
Negeri 1 Kota. Belum lama ini, menyabet juara I lomba KIR yang diadakan Bappeda
Kota Jambi. “Alhamdulillah dapat juara pertama, mendapat piala, sertifikat, dan
uang pembinaan sebesar dua juta rupiah,” ungkapnya.
Yayi menjelaskan, judul Karya
Tulis Ilmiahnya,”Mengupayakan Merah Menjadi Atsiri”. Awalnya, Cuma iseng
ngeremas daun pucuk merah, ternyata beraroma enak di hidung. Setelah diproses
lebih lanjut, ternyata pucuk merah ada kandungan minyak atsiri.
“Iseng awalnya, jadi
penasaran. Minyak atsiri merupakan bahan dasar pembuat aroma terapi, parfum,
dan lain sebagainya. Kemudian daun atsiri disuling,” jelas buah hati Ir.
Suripto.
Lomba KIR ini diikuti seluruh
sekolah yang ada di Kota Jambi. Kemudian panitia pelaksana, menyeleksi sebanyak delapan orang
untuk mempresentasekan Karya ilmiahnya.
“Tanggal 30 Mei 2016, karya
tulis dipresentasekan dihadapan dewan juri,” ungkap Yayi.
Gadis
cantik berhijab ini, bercita-cita melanjutkan ke fakultas Teknik Lingkungan.
Karena sangat berkaitan
erat dengan kesehatan. Kita belajar bagaimana caranya untuk mencegah penyakit
dan menjaga kesehatan lingkungan dengan pendekatan teknik. Jadi, ibaratnya
ilmu-ilmu jurusan teknik lingkungan ini adalah ‘perisai’ bagi kesehatan
masyarakat.
“Menyadarkan
masyarakat, bahwa kebersihan lingkungan sangat berkaitan erat kesehatan
individu dan masyarakat,” pungkas Yayi mengakhiri pembicaraan.
Komentar
Posting Komentar